Kisah Nyai Mas Ayu Gandasari Dan Syekh Magelung I
Nyai Mas Ayu Gandasari |
Gusti sinuhun nawuri sorban ngideri masjid minangka hudan , Dipun beber
Nyai Mas Ayu Gandasari saking dermayu " Duh gusti sae temen sorban niki
kangge sinten ? Jawab Gusti " Sorban niki kangge ummat kanjeng
nabi,ummat ingkang purun sholat serta nurut perintah sunnah perintah
allah kang den pasti ora tinggal sampe mati.... " Petikan Syair
Syekhunal Mukarrom dalam tawasul Jamaah Asy Syahadatain yang
mengkisahkan tentang nyai mas ayu gandasari yang bertanya kepada gurunya
Sunan Gunung Jati tentang sorban yang sedang beliau sebarkan , berikut
ini kisah Nyai Mas Ayu Gandasari yang bersumber dari Babad Tanah
Padjadjaran Karya PS.Sulendraningrat.
Diceritakan di kraton Rajagaluh sang Prabu Cakraningrat
sedang diseba. Seluruh para Sanghyang, para Dipati, para Gegedeng dan para
perwira tentara pada berkumpul. Berkata sang prabu,’’ Hai dipati palimanan,
mana keterangannya sunan Cirebon, sebab itu adalah orang ngumandi/menjadi
benalu sudah lama belum ada permohonan idhinnya.’’ Berkata dipati palimanan,
‘’duhai gusti mohon ampunan dalem karena tidak berhasil, betapa seringnya hamba
mengurus para gegedeng dan bertindak pribadi, akan tetapi Negara cirebon tidak
terlihat, apabila sementara para gegedeng dapat melihat sunan jati atau bias
memasui Negara Cirebon yang bertemu sunan jati mereka tidak pulang kembali,
para gegedeng sudah banyak yang pada anut.’’
Berkata sang prabu,’’ demang rajagaluh sekarang supaya
bertolak ke Cirebon hingga sampai bertemu sendiri dengan sunan, harap di beri
tahu supaya mau seba ke rajagaluh, dan harus mengirim upeti tiap tahun, kalau
tidak anut kepadaku niscaya sunan Cirebon akan dirampas rajakayane/kekayaannya
dan boleh dipotong lehernya,kalau menghendaki perang tentu aku serbu dibikin
tanah hitam (Cirebon akan dibumi hanguskan).’’ Ki demang mengucap sandika.
Segera mohon pamit terus perjalanannya dengan mengepalai prajurit empat puluh
orang ki demang perjalanannya di putar-putar kembali lagi ke tempat semula,
kalau ke utara terus tersesat ke utara, kalau ke selatan terus tersesat pula ke
selatan, senantiasa tersesat tidak tau arah.
Diceritakan ki gedeng selapan dan di wartakan sejak dahulu
tatkala bertapa di gunung mendang di bawah pohon pudak memuja semedi ingin
mempunyai anak yang sakit lagi punjul. Permulaan bertapa bunga pudak baru
kuncup, sekarang berjatuhan di hadapan ki pendeta saksana/sekonyong-konyong di
Kabul oleh Robbul’Alamin di antara bunga pudak yang jatuh di tanah itu ternyata
jadi bayi perempuan, lalu bayi itu di bawa pulang.
Ki pendeta baru usai dari tapanya lalu bayi itu di beri nama
panguragan. Menurut kaol lain panguragan adalah putra angkatnya dari sultan
aceh dan seorang adik kandung perempuan dari fadhilah khan/faletehan. Ki
pendeta (pangeran cakrabuana) lalu membangun dukuh/pemukiman semua
tanam-tanaman serba jadi, seterusnya termashur dukuh itu di sebut dukuh
panguragan.
Diceritakan nyi mas panguragan sudah berumur lima belas
tahun, bahkan ia sudah be’at/berguru kepada sunan gunung jati. Dikatakan oleh
jeng sunan jati walaupun engkau adalah perempuan tetapi engkau adalah menjadi
prajurit awliya.
Diceritakan nyi mas panguragan sudah termashur ke lain-lain
desa keperwiraan saktinya lagi indah elok cantik rupanya seperti punjul
sebuana, bahkan sudah banyak para gegedeng para bupati dan para satria pula
para juragan para nakhoda yang sudah melamar berduyun-duyun. Diceritakan
orang-orang dua puluh lima Negara sudah membangun pemondokan menunggu utusan ki
pendeta membawa balasan lamarannya masing-masing.
Diceritakan pendeta salapandan memanggil menghadap sang putra
nyi mas panguragan yang di sebut Gandasari. Berkata ki pendeta,’’ putriku
panguragan aku minta engkau supaya mau bersuami, sudah cukup waktunya engkau
mempunyai suami, mana yang engkau pilih salah seorang dari semua yang telah
melamar engkau, demang, mantri, satria, bupati, dan para gegedeng pula para
juragan para nakhoda yang sedang menunggu di pondokannya masing-masing,
beritahulah kepada si bapak yang engkau senangi’’.
Berkata sang putri,’’ Rama, sekarang sang putrid belum suka
mempunyai suami, masih enak mengolah tubuh.’’ Berkata ki pendeta,’’ hai bayi,
tidak enak orang yang jadi kembang bibir, di sebut-sebut namanya oleh tiap
orang, dan engkau kalau tidak mau bersuami tentu dirusak dukuh panguragan
ini.’’ Berkata ratna Gandasari,’’ Rama, hamba mau pula bersuami akan tetapi
kalau hamba sudah terkalahkan siapa saja yang bias menangkap hamba, yang
melebihi kesaktian hamba, itulah orang yang akan mengabdi kepadanya, jangan
lagi para pembesar, walaupun orang melarat kalau bias menangkap hamba itu
tandanya jodoh hamba, silahkan Rama mengadakan sayembara kepada orang-orang dua
puluh lima Negara, seandainya ada seorang yang di terima lamarannya pasti yang
lain tidak menerimakannya. ‘’ segera ki pendeta memanggil seorang pembantu di
minta pergi ke pemondokan orang-orang dua puluh lima Negara untuk mengumumkan
siapa saja yang bias mengungguli keperwiraannya dapat menangkap Ratna
panguragan ia itulah menjadi tanda jodohnya dan mengabdi kepadanya. Pembantu
itu keluar sudah, segera sudah mengumumkan kepada seluruh gegedeng, satria dan
para nakhoda.
Segera mereka siap bertindak memasuki medan sayembara.
Orang-orang dua puluh lima Negara bersuka ria saling berebut dahulu mendahului.
Diceritakan nyi mas panguragan sudah memasuki arena
sayembara di tengah-tengah balabar/batas medan sayembara berbusana putrid raja
indah gemerlapan laksana bidadari dari sorga. Seluruh para aruman para ifrit
pada meringinya ke medan laga sambil menyiarkan bebaun harum sekali memenuhi
sekeliling medan laga. Orang-orang dua puluh lima Negara melihat keluarnya sang
putrid dan pengiring pada terlongong-longong masing-masing matanya tidak
berkedip.
Segera sang putrid menantang,’’ hai orang-orang dua puluh
lima Negara, rebutlah tubuhku, barangsiapa yang bisa menangkapnya sungguh
jantan, unggulilah kesaktian aku niscaya aku mengabdi kepadanya.’’ Segera
orang-orang dua puluh lima Negara maju serentak saling berebut dahulu mendahului
saling desak-mendesak, sang putri segera siap siaga. Dengan gugup ki gedeng
plered berusaha menangkapnya segera sang putri melesat ke atas, ki plered
ditendangnya jatuh terjengkang. Gedeng plumbon melambai-lambai,’’ adik turunlah
di bombing oleh sikakak, jangan memelet jangan menduyung, kakak cinta sendiri
kembang biru di atas kuburan, si kaka sungguh cinta lubang di susun dengan batu
bata, bambu berumpun, sepanjang umur aku gauli.’’ Sang putrid segera turun
sambil mendupak ki plumbon jatuh terjengkang berguling di tanah di injak
perutnya yang buncit. Ki ujang gebang menubruknya meleset karenanya jatuh tengkurap. Ki gedeng
kandanggaru menyandak, sang putrid melesat. Ki gedeng ketawa terbahak-bahak
sambil berkata,’’ nini putrid jangan lari, kelapa tua beriringan seperjalanan,
tangkai waru janganlah suka menghindari bokor tanah, orang ayu jangan suka
mengecewakan, jauh-jauh dari kandanggaru akhirnya ditinggal lari, larilah
sampai jagat si kakak tentu mengiringi.’’ Lalu sang putri lari dikejar sampai
di pedesaan. Sang putri masuk ke dalam hutan, seluruh dedaunan dan pepohonan
yang pada tersentuh olehnya jadi berbau harum, sebab harumnya Nyi mas
Panguragan melebihi harumnya bunga atau minyak wangi, oleh karena tubuhnya yang
harum, kalau memakai kembang dari para Aruman, para ifrit. Berjatuhanlah ke
tanah kembang dari sang putrid,
karenanya seluas hutan itu nantinya disebut hutan wanasari makanya nyi mas
panguragan disebut pula Nyi Mas
Gandasari, oleh karena ia adalah seorang
manusia yang tubuhnya berbau harum sekali.
Sang putrid terus berlari di lading persawahan. Ki gedeng kandanggaru berusaha memegangya
tetapi tidak kunjang kena bahkan ia terserimpet oleh padi merah lalu jatuh
tengkurap. Sang putrid mencibirinya. Ki gedeng karenanya merasa malu sekali
lalu pulang sambil berkata,’’ jangan sekali-kali anak cucuku menanam padi merah
karena aku mendapat malu itu di karenakan mendapat malu oleg padi merah,’’ sang
putrid lalu pulang menghadapi lagi sayembara ramai sudah orang-orang menonton
pada surak gegap gempita berjubel-jubel.
Diceritakan seseorang putra sebrang yang baru mendarat di
pantai Cirebon dari laut, yang bernama jaka supetak dan jaka pekik dengan
mengepalai watya bala seratus orang siluman yang beruak manusia hendak
menerobos Negara menguasai sepulau jawa namun datangnya tersesat di pantai
Cirebon. Kedua putra ini kebingungan lalu berjalan kea rah masing-masing untuk menyelidiki
daerah baru itu. Jaka pekik berjalan kea rah selatan, dan jaka supetak berjalan
ke barat hingga datang di panguragan bebarengan dengan terdengarnya suara
surak-surak gegap gempita. Segera jaka supetak melihat sayembara lalu ia
memasuki ke tengah balabar/batas tempat sayembara.
Diceritakan yang sedang menghadapi sayembara itu adalah
putra dalam indramayu yang bernama satria indra kusuma memegang busur panah
yang pada anak panahnya tertulis di tujukan kepada sang putri yang di rindui
oleh hatiku tidak lain terbayang di hitam-hitamnya mataku hanya rama yang
panguragan sebagai calon mustika yang senantiasa di puja, akan di puja,
lekaslah anda menurut bersama-samaku pulang ke Negara indramayu. Segera anak
panah itu di lepaskan, sang putri cepat panah di tangkis, ia mengetahui tulisan
yang ada di anak panah itu. Sang putrid membalas melepaskan anak panah yang
sudah cepat membalas melepaskan anak panah yang sudah cepat terlepas laksana
kilat dan mengenai tubuh satria indra kusuma itu karenanya ia jatuh berguling
di tanah dengan di suraki itu karenanya ia jatuh berguling di tanah dengan di
suraki gemuru, karenanya orang-orang indramayu lalu mengundurkan diri lalu jaka
supetak mendekatinya, berkata sang putri,’’ hai satria, janganlah mati sebelum
di ketahui namanya, siapa nama anda?’’ berkata jaka supetak, ‘’ putra dari
sebrang, Negara cempa bawah angin, jaka supetak namaku, nin putri baiklah
tunduk, jangan cari gara-gara, orang cantik ayu sayanglah kalau tidak jadi
mustikanya keratonku. Karena aku tersesat memasuki sayembara ini niscaya musuh
tidak ada yang keluar hidup-hidup.’’ Sang putrid segera memegang busur panah
dan anak panahnya di lepaskan, jaka supetak menadahi, jauhnya anak panah ke
tubuh jaka supetak hanya seperti batu yang dilemparkan. Berkata jaka supetak
sambil ketawa,’’ Hai sang putrid mana panah yang paling ampuh habiskanlah
prawira sakti anda kalau menguji calon suami anda, jangan nanti sampai
elik/menolak di belakang hari, habiskanlah sekehendak anda terlebih dahulu.’’
Sang putri memegang senjata andalannya segera di tusukan ke
tubuh jaka supetak. Jaka supetak menangkis dengan sebuah keris saling
tangkis-menangkis. Keris jaka supetak mengeluarkan api bersemburan. Sang putri
lalu lari merasa tidak kuat, jaka supetak mengejarnya.
Diceritakan jaka sinuhun jati purba yang sedang berdiri
dipinggir sebuah sungai, tidak antara lama adalah Nyi mas gandasari mohon
senjata pertolongan. Jaka supetak sudah dihadapannya. Segera ia berkata,’’ Hai
paman, engkau janganlah menghadapi buruanku, panguragan telah kalah dalam
pertandingan karenanya ia sudah dipastikan menjadi istriku.’’ Berkata jeng
sunan jati,’’ aku belum nyata bahwa panguragan kalah dalam pertandingan, kalau
bias terangkat oleh engkau nyatalah ia jodoh engkau.’’ Jaka supetak segera
mangangkat sang putri, tapi sang putri tidak bias terangkat bahkan tidak
bergeming, ia berkuketan berusaha mengangkat tubuhnya sang putri namun sang
putrid tidak berubah dan tidak bergerak, oleh karenya jaka supetak sangat
dengan sekuat tenaga berusaha mengangkat tubuhnya sang putri hingga terkentut. Karenanya sang putrid
tertawa terbahak-bahak sambil mengejek.
Jaka supetak malu sangat tidak bisa mengangkat mukanya diam
mematung. Jeng sunan jati berkata,’’ itulah buahnya orang yang mendahului karsa
ilahi jadi engkau mengunggul-ungguli menghebat-hebati, wadyabala engkau adalah
siluman berupa manusia engkau menyangka lebih perwira sakti mau merebut Negara
menguasai sepulau jawa akan tetapi kenyataannya engkau baru oleh seorang
perempuan saja sudah dikalahkan, jangan lagi membuka merebut senusa jawa tapi
oleh seorang perempuan saja engkau menyerah.’’
Jaka supetak lalu menyembah sujud dengan berkata,’’ siapakah itu tuan namanya, hamba merasa tuan
itu beribu sakti perwira, terimalah keris ini, baiklah tuan bunuh hamba, hamba
merasa malu sekali tidak bisa bercampur lagi dengan sesame manusia,’’ keris
lalu diterima, jeng sunan jati berkata,’’ aku adalah susuhunan Cirebon,
bangunlah sebuah dukuh sekehendak engkau,’’ berkata jaka supetak.’’ Oleh karena
hamba lebih sangat malu sekali hamba seterusnya tidak bisa bercampur lagi
dengan manusia, namun hamba mohon izin bermukim di dalam sungai ini.’’
Segera jaka supetak swadaya balanya terjun ke dalam sungai.
Berkata jeng sunan.’’ Jaka supetak sewadyabalanya seperti buaya, ada manusia
bermukim di dalam air.’’ Ternyatalah jaka supetak dan wadya balanya salin rupa
menjadi buaya. Termashur seterusnya sungai itu disebut sungai garing kali
kapetakan. Segera nyi mas gandasari pulang ke panguragan dan sunan jati lalu
pulang ke keraton pakungwati.
Diceritakan ada satria yang baru dating di pantai Cirebon
membawa 2 kitab perahu dari Negara syam/ syiria yang bernama syarif syam,
karena tadinya ada hawatif/suara tanpa rupa terdengar menyuruh mencari guru
yang mursyid/guru penunjuk awliya kutub di Cirebon, dan ia itulah yang bisa
memotong rambutnya yang seperti kawat.
Syarif syam lalu mendarat di pantai Cirebon mau mencari
awliya kutub meneruskan perjalanannya, lalu dating di kebon bayam. Syarif syam
melihat ada seorang lelaki yang sedang membentongi/memukul buah bayam untuk
diambil isinya lalu memanggilnya.’’ Hai kaki dimana tempatnya awliya Cirebon
dan kemana arahnya Negara/kota?’’ berkata syekh bentong.’’ Di selatan arahnya
Negara Cirebon, mungkin pula waliyyullah disitulah kediamannya dan anda dari mana,
siapa namanya, dan apa keperluannya?’’ syarif syam menjawab,’’ saya berasal
dari Negara syam, syarif syam namaku mau berguru kepada awliya Cirebon dan yang
bisa memotong rambutku sungguh aku akan mengabdi kepadanya. Pula aku membawa
kitab dan perahu untuk mufakatan perihal ilmu.’’ Berkata ki bentong,’’ itu
kitab 2 perahu bagaimana membacanya, bagi orang jawa untuk mengerti syahadat
saja itu sudah terhitung dhoif.’’ Berkata syarif syam’’ini waktu sudah dzuhur,
jangan mengobrol saja, marilah kaki kita sholat, dimana tempatnya sholat.’’
Berkata ki bentong,’’ di bungbung/bambu ini yang terkait di pagar, disitulah
tempatnya aku menjalankan sholat, silahkanlah anda masuk di dalam bungbung.’’
Syarif syam terheran- heran ada percaya ada tidak, dan berkata :’’ hai kaki
masuklah anda terlebih dulu nanti aku mengikuti.’’ Segera ki bentong masuk ke
dalam bungbung sambil memanggil-manggil syarif syam melihat bahwa bungbung itu
ternyata adalah sebuah pintu besar lalu ia masuk, tidak lama terlihat masjid
yang lebih besar dan banyak orang yang turut makmum. Syarif syam lalu turut
makmum, yang jadi imam ternyata adalah ki bentong.
Sebakdanya sholat syarif syam lalu sujud menyembah sambil
berkata,’’ duhai kyai, mohon sih ampun dalam , sungguh paduka itu awliya Allah
hamba mohon berguru, dan semoga paduka mau memotng rambut hamba.’’ Ki bentong
lalu memberinya wujangan ilmu kedhohiran, kegunaan perwira sakti. Setelah
selesai ki bentong lalu berkata,’’ adapun ilmu kebatinan ketauhidan sunan
Cirebon nanti yang member wujangan pula yang memotong rambut anda dan anda
diberi nama pangeran remagelung, seyogya cepatlah dating ke Cirebon.’’
Remagelung mengucap sandika, lalu mohon pamit meneruskan perjalanannya.
Antara lama kemudian remagelung berjumpa dengan seorang
kakek tua. Berkata remagelung,’’ hai kakek tua dimana tempatnya sunan
Cirebon.’’ Berkata kakek tua,’’ wallahu’allam
tempatnya sunan Cirebon dan anda darimana, siapa namanya dan
kemauannya.’’ Berkata remagelung.’’ Putra syam mau berguru kepada sunan Cirebon
yang bisa memotong rambutku sungguh aku akan mengabdi kepadanya.’’ Berkata
kakek tua,’’ kasihan sekali orang syam ini, rambutnya bergelatungan tidak dapat
di gelung karena kerasnya seperti kawat, kalau menjadikan sukalilanyasaya akan
memotongnya, namun saya minta melihatnya dari belakang.’’ Remagelung berkata,’’
sukalila/suka ridho kalau kakek tua mau memotongnya.’’segera remagelung
membelakanginya. Kakek tua lalu memegang rambutnya, segera rambut itu
getas/rapuh putus berjatuhan di tanah. Kakek tua lalu lenyap. Remagelung
kehilangan kakek tua, sudah gundul kepalanya lalu memakai daster hitau
seterusnya di sebut pangeran sukalila, karena suka ridho di potong rambutnya
dan jadi mashur tempat itu seterusnya di sebut karang getas, sebab mengingat
tatkala getasnya/rapuhnya rambut remagelung. Lalu rambut itu di tanamnya di
bawah pohon asem di tempat itu pula.
Segera pangeran sukalila meneruskan perjalanannya mencari
kakek tua siang malam tidak ditemukan. Lalu ia terbang ke angkasa ke utara
barat menujunya kemudian ia dating di panguragan, melihat orang-orang sedang
bersayembara penuh berjubel sambil sorao-sorak gegap gempita.
Diceritakan sang ratna panguragan sudah keluar berada di
tengah-tengah medan lada di dalam balabar arena sayembara sambil menantang,’’
hai wong salawe Negara/orang dua puluh lima negara ( mksudnya kepada
orang-orang yang turut memasuki sayembara) janganlah maju seorang-seorang,
majulah semuanya. Segera orang dua puluh lima Negara menyerbu dengan serempak.
Sang putri bertindak, ki demang citratanaya menubruk, sang putri meletas ke
atas sambil mendupak dan menampar. Ki demang jungkir balik mundur dengan
merangkak. Mas behi maju ke depan di tampar lehernya bengkok. Ki tumenggung
memeluk di sambut dengan patrem/badik punggungnya sobek. Ki dipati rangkong
hendak menangkap disambut dengan patrem lehernya terkulai mundur ditandu. Ki
nakhoda hendak memeluk, sang putrid mendahaki, nakhoda mukanya rusak mundur
dicikrak.seluruh penonton sorak-sorak gegap gempita. Orang dua puluh lima
Negara semuanya ketakutan.
Segera pangeran sukalila datang sudah dihadapan ratna
panguragan. Berkata sang putri,’’ hai satria, siapa anda yang hendak masuk
sayembara, jangan mati tanpa nama,’’ berkata pangeran sukalila,’’ putra Negara
syam, sukalila namaku, anda perempuan siapa di keroyok oleh orang dua puluh
lima Negara, rupanya anda prajurit perwira sakti, ulahnya cekatan, pantas lebih
seyogya anda kalau di peristri olehku, jangan anda melakukan berperang
sendirinya, apa karenanya anda dikeroyok, aku hendak membantu.’’ Nyi mas
gandasari berkata,’’ aku mengadakan sayembara, siapa saja yang bisa menangkap
mengungguli saya niscaya saya akan mengabdi kepadanya sebagai seorang istri,
walaupun orang melarat kalau bisa menangkap saya, itu tandanya jodoh saya.’’
Berkata pangeran sukalila,’’ sebaliknya anda menurut kepadaku untuk menghindari
kemungkinan tewas, sayang sekali oleh kecantikan anda yang punjul.’’ Berkata
sang putri,’’ hai satria di sayangkan sekali sombong perkataan anda, kalau
anda sungguh perwira sakti sediakanlah dada anda di timpa sarotamaku/tumbakku.’’
Segera sang putri melepas sarotama dan melepas senjata-senjata laksana hujan.
Jeng pangeran memadahi sebuah panah pun tidak ada yang mempan. Segera sang
putri mencabut patrem di tusuk-tusukkannya. Jeng pangeran hanya berdiri tidak bergeming
sambil senyum. Sang putri segera di tangkapnya tapi tidak tertangkap seperti
menangkap bayangan, jeng putri masuk ke dalam bumi,jeng pangeran sudah ada di
belakangnya. Sang putri melesat ke
angkasa bersembunyi di mega putih. Jeng pangeran nyusul dan sudah ada
dihadapannya. Sang putri lenyap memasuki bunga cempaka. Jeng pangeran merupa
jadi lebah, kembang di hisap sarinya, lalu sang putri keluar lari, dikejar
olehnya dari belakang.
Kisah Nyai Mas ayu Gandasari Dan Syekh Magelung II
Diceritakan kanjeng sinuhun jati sedang membangun
ketemenggungan dan masjid jagabayan dan tempat penjagaan untuk orang-orang
jaga/piket disuatu pintu kota pada tahun 1500 M., sedang berdiri di pintu
gerbang bersama ki kuwu cakrabuana. Tidak lama kemudian ada datangnya nyi mas
gandasari bersembunyi dibawah telapak kaki sunan jati. Lalu pangeran sukalila
datanglah sudah dihadapan jeng sunan jati.berkata pangeran sukalila.’’ Hai
paman, anda jangan berdiri disitu, minggirlah dulu.’’ Jeng sunan jati lalu
minggir dari situ. Gandasari lalu sudah bersembunyi di sabuknya. ‘’ hai paman,
aku minta sukanya, sabuk anda aku lihat.’’
Jeng sunan jati lalu melepaskannya.
Gandasari sudah keluar dari sabuk lalu bersembunyi dicincin kelingking yang
kiri sunan jati.
‘’ hai paman, tidak jadi melihat sabuk, tapi cincinnya mau aku
lihat rupanya lebih bagus.’’ Jeng sunan jati lalu melepas cincinnya. Gandasari
segera keluar dari cincin itu bersembunyi di belakang sunan jati. Pangeran
sukalila habis kesabarannya. Jeng sunan jati lalu diterjangnya berusaha
menangkap gandasari, pangeran sukalila saksama/sekonyong-konyong lumpuh jatuh
dihadapan jeng sunan jati tidak bisa diubah dan bergerak. Pangeran sukalila
lalu bertobat sambil berkata,’’ Duhai gusti mohon perampunan. Paduka itu siapa
hamba tidak mengetahui.’’ Berkata jeng sunan jati,’’ akua adalah sunan Cirebon,
jati purba namakudan anda berasal dari mana, siapa nama anda.’’ Pangeran
sukalila menjawab,’’
Hamba adalah putra Syam, sukalila namanya memang paduka
dari awal yang dimaksud/dicari karena hamba hingga telah memasuki sayembara
panguragan, sesungguhnya paduka yang hamba cari, sungguh hamba bermaksud
berguru kepada paduka dan menghadap dhohir batin, semoga paduka suka mengaku
kepada hamba dan menerimanya kitab
seprahu dan pengiring hamba dari syam semoga diterima dan pula hamba mohon
dapat terlaksana dapat dijodohkan dengan abdi dalem yang bernama Gandasari.’’
Jeng sunan jati sudah menerims apa yang dikatakan oleh
pangeran sukalila lalu berkata,’’ Gandasari, engkau aku tari/damai kalau
bersuami menuruti permintaan pangeran sukalila, lebih seyogyanya kalau engkau
jadi satu dengannya.’’ Menjawab Sang Rama Gandasari,’’ Hamba menurut kehendak
paduka akan tetapi hamba mohon bathin ( mohon kelak nanti saya di akherat ).’’
Berkata jeng sunan jati,’’ Pangeran sukalila dan kesediaannya gandasari dan
supaya minta bersuami nanti saja di batin., oleh karena itulah anda supaya
menerimanya.’’ Berkata pangeran sukalila,’’ mematuhi kehendak dalem gandasari
di batin istri hamba, dilahir hamba persaudaraan dengan gandasari.’’
Perjanjian
Nyi mas gandasari dengan pangeran sukalila disaksikan oleh ki kuwu Cirebon pula
oleh sinuhun jati Cirebon dan pangeran sukalila disuruh selanjutnya membangun
dukuh sekehendaknya. Adapun pangeran sukalila oleh karena sudah mendapat izin
untuk membangun sebuah dukuh/pemukiman, lalu mohon pamit meneruskan
perjalanannya diiring oleh rombongannya dua puluh lima orang ke utara, setelah
dating disuatu tempat yang ada tumbuhan pohon Kendal besar pangeran sukalila
dan rombongan beristirahat merasa senang lalu membangun dukuh di sana
setreusnya dukuh itu disebut dukuh karangkendal dan pangeran sukalila
seterusnya disebut pangeran karangkendal. Seterusnya dukuhnya itu tambah ramai
turut dihuni oleh pendatang-pendatang baru.
Sumber : Babad Tanah Padjadjaran
sumber:
http://www.angipin.com/2013/02/kisah-nyai-mas-ayu-gandasari-dan-syekh.html
http://www.angipin.com/2013/02/kisah-nyai-mas-ayu-gandasari-dan-syekh_28.html
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !