Home »
Inspirasi
» (KAJIAN AKHLAK) CARA NABI MUHAMMAD SAW MENGHADAPI PENGHINAAN
(KAJIAN AKHLAK) CARA NABI MUHAMMAD SAW MENGHADAPI PENGHINAAN
(KAJIAN AKHLAK) CARA NABI MUHAMMAD SAW MENGHADAPI PENGHINAAN
Kita sering menjumpai penghinaan dan perlakuan yang tidak menyenangkan
yang ditujukan kepada Nabi Muhammad dan Alquran, baik melalui kartun
maupun fitnah terhadap ayat-ayat Alquran. Kasus terbaru dilakukan Sam
Bacile lewat filmnya "Innocence of Muslims". Kita mesti meneladani sikap
Rasulullah saw., dalam menghadapi berbagai penghinaan dan fitnah.
Suatu ketika di dalam Kota Mekah ada seseorang yang sangat membenci
Nabi Muhammad. Jika Nabi Muhammad lewat di depan rumahnya, ia melempari
beliau dengan batu, tidak jarang pula ia meludahi beliau dari atas
rumahnya. Tidak cukup dengan itu, ia pun melempari Nabi dengan kotoran
manusia.
Suatu hari orang tersebut jatuh sakit. Ketika Nabi
Muhammad melewati rumah itu, ia heran dan bertanya-tanya ke mana orang
yang biasanya melemparinya. Setelah diketahuinya orang tersebut sedang
sakit, Nabi Muhammad pun mengunjunginya.
Orang tadi seakan
tidak percaya jika Muhammad yang selama ini ia caci maki dan ia lempari
dengan batu dan kotoran masih mau menengoknya di kala sakit, saat orang
lain tidak memedulikannya. Ia pun menangis di hadapan Nabi Muhammad dan
saat itu pula ia mengakui kemuliaan Nabi Muhammad dan mengucapkan
syahadat.
Nabi Muhammad dengan baik sekali mencontohkan apa
yang tertera dalam Alquran, Surat Fushshilat Ayat (34): Dan tidaklah
sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Meskipun penghinaan adalah perbuatan yang tercela, Alquran tidak pernah
memuat hukuman bagi pelaku penghinaan atau memberikan wewenang kepada
siapa pun untuk melakukan penghakiman. Yang ada adalah seruan untuk
meninggalkan orang-orang yang menghina agar penghinaan itu tidak terus
berlanjut.
"Dan apabila kamu melihat orang-orang
memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, Maka tinggalkanlah mereka sehingga
mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan
kamu lupa (akan larangan ini), Maka janganlah kamu duduk bersama
orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)". (Qs.
Al An'am [6]: 68).
Jika hinaan dibalas dengan hujatan, lalu apa
bedanya antara orang yang dihina dan orang yang menghujat. Reaksi yang
berlebihan terhadap penghinaan akan membuat stigma yang lebih buruk
terhadap umat Islam. Jika stigma kekerasan itu mencuat, yang bertepuk
tangan adalah para provokator yang tidak senang dengan perdamaian.
Tidak sedikit orang yang menginginkan terciptanya permusuhan antara
umat beragama. Daripada membalas hujatan dengan kecaman atau bahkan
dengan pembunuhan akan lebih baik jika kita mengajak berdialog orang
yang melakukan penghinaan. Dalam dialog kita bisa memperkenalkan pribadi
Muhammad yang sesungguhnya. Dengan begitu, bukan mustahil orang yang
tadinya menghina akan berbalik menjadi sahabat yang setia seperti yang
tertera dalam Alquran surat Fushshilat (41): 34.
Nabi Muhammad
sebagai sosok yang berkpribadian mulia menginginkan umatnya memiliki
akhlak yang mulia pula. Banyak sekali hujatan dan penganiayaan yang
beliau terima, tapi Nabi Muhammad mampu mengatasinya tanpa harus
kehilangan kemuliaannya.
Di sudut pasar di Kota Madinah ada
seorang buta yang setiap harinya selalu meneriakkan Muhammad orang gila.
Setiap hari ada orang yang menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Suatu
hari orang buta tersebut merasakan jika orang yang menyuapinya kali ini
bukanlah orang yang biasa menyuapinya. Berkatalah orang buta dan tua
itu, "Kau bukanlah orang yang biasanya menyuapiku, ke manakah gerangan
orang yang biasa menyuapiku."
Orang yang ada di hadapannya
bertanya, "Bagaimana kau tahu aku bukanlah orang yang biasa menyuapimu
sedangkan engkau adalah orang yang tidak bisa melihat?" Orang tua itu
pun menerangkan, "Orang yang setiap harinya menyuapiku akan mengunyah
makanan itu lebih dahulu sebelum memasukkan ke mulutku karena ia tahu
gigiku sudah tidak kuat lagi mengunyah makanan."
Orang yang ada
di hadapannya yang ternyata adalah Abu Bakar menahan tangis dan
bertanya kembali, "Tahukah engkau siapa yang biasa menyuapimu setiap
hari?" Orang tua dan buta itu pun menggelengkan kepala. Abu Bakar
barkata, "Orang yang menyuapimu setiap hari adalah Muhammad yang biasa
engkau caci maki dan sekarang ia telah tiada."
Betapa
terkejutnya orang tua itu mengetahui akan hal itu. Ia pun tersungkur
menangis dan seketika itu juga mengucapkan kalimat syahadat sebagai
sebuah pengakuan atas ke-Esa-an Tuhan dan kemulian Nabi Muhammad.
للّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ الهَادِي اِلَى
صرَاطِكَ المُسْتَقِيْمِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالمُجَاهِدِيْنَ فِي
سَبِيْلِكَ الْقَوِيْمِ
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !