KAJIAN TENTANG SYAHADAT (Edisi ke 1)
KAJIAN TENTANG SYAHADAT (Edisi ke 1)
SYAHADAT ADALAH BENTUK PERJANJIAN RUH MANUSIA DGN ALLAH SWT
Dalam proses penciptaan manusia setelah terjadi pembuahan sampai ditiupkannya ruh ada proses sebagai berikut :
1. Proses sperma menjadi segumpal darah, 40 hari.
2. Proses segumpal darah menjadi segumpal daging, 40 hari.
3. Proses segumpal daging menjadi tubuh yang lengkap, 40 hari.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
"Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya
di perut ibunya dalam waktu 40 (empat puluh) hari, kemudian menjadi
segumpal darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama
itu juga (40 hari), kemudian diutuslah Malaikat kepadanya dan ditiupkan
ruhnya, kemudian diperintahkan untuk menuliskan 4 perkara; rejeki, ajal,
amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. (Perawi : Abdullah bin
Mas’ud, kitab : Mu’jam Asy-Syuyukh, jilid 2, hal 764, derajat hadits :
Shahih)
Ketika ruh kita akan ditiupkan kedalam jabang bayi, ruh
mengambil perjanjian dengan Allah swt yaitu syahadat, sebagaimana
firman Allah swt :
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
kepada jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku adalah Tuhan-Mu”,
dan dia saat itu telah menjawab: “Ya Engkau adalah Tuhanku dan aku
bersaksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan: “sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lupa
terhadap (persaksian) ini.” (QS Al-A’raaf; [7] : 172)
Bagaimana
bayi-bayi yang tak sempat lahir kedunia (keguguran) adalah karena
ketika perjanjian itu diajukan, mereka (para ruh yang suci) tak merasa
sanggup memegang amanah menjadi khalifah di muka bumi. Mereka sangat
khawatir akan melakukan banyak hal yang pada akhirnya berkhianat (tak
bisa memegang amanah) dengan Allah, sehingga mereka lebih memilih untuk
mengurungkan niatnya berada dalam jasmani manusia yang kotor, ketimbang
harus meninggalkan alam ruh disisi Allah.
Jika dikaitkan dengan
perjanjian Ruh dengan Allah swt sebenarnya, kita sebagai manusia (yang
dilahirkan sebagai pemenang), pada hakikatnya telah mempunyai tujuan
hidup (ibadah), panduan langkah hidup (Qur'an dan sunnah), tetapi begitu
telah lahir dan kemudian mengenal dunia dan berinteraksi dengan mahluk
lainnya dan telah merasakan nikmat dunia, manusia seringkali lupa akan
tujuan hidupnya di dunia yaitu ibadah. Padahal nikmat dunia di
bandingkan nikmat akhirat tak lebih dari setetes air di jari di banding
dengan dari air lautan
Ketika hati ini telah terkait kuat pada
perjanjian dialam ruh… semangat untuk menjejakkan diri sebagai pemenang
akan membara… apapun yang akan terjadi, sebesar apapun rintangan yang
ada didepan tetap kaki ini melangkah.. Bahkan kalau kita fahami dunia
hanya akan jadi persinggahan sementara untuk mencari bekal kita kelak
ketika pulang kampung nanti menuju kampung akhirat.
“Dan
sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan.
Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti akan memberikan karunia-Nya kepadamu,
sehingga engkau menjadi puas” (QS Ad Dhuha [93] : 4-5)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !