(Sambungan Hal. 1) KEUTAMAAN BULAN SYA'BAN
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ
عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ
أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ وَفِي
الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أُمِّ سَلَمَةَ حَدِيثٌ
حَسَنٌ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ أَيْضًا عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ
عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
كَانَ يَصُومُهُ إِلَّا قَلِيلًا بَلْ كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ حَدَّثَنَا
هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو حَدَّثَنَا
أَبُو سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِذَلِكَ وَرُوِيَ عَنْ ابْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ فِي
هَذَا الْحَدِيثِ قَالَ هُوَ جَائِزٌ فِي كَلَامِ الْعَرَبِ إِذَا صَامَ
أَكْثَرَ الشَّهْرِ أَنْ يُقَالَ صَامَ الشَّهْرَ كُلَّهُ وَيُقَالُ قَامَ
فُلَانٌ لَيْلَهُ أَجْمَعَ وَلَعَلَّهُ تَعَشَّى وَاشْتَغَلَ بِبَعْضِ
أَمْرِهِ كَأَنَّ ابْنَ الْمُبَارَكِ قَدْ رَأَى كِلَا الْحَدِيثَيْنِ
مُتَّفِقَيْنِ يَقُولُ إِنَّمَا مَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ كَانَ
يَصُومُ أَكْثَرَ الشَّهْرِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَقَدْ رَوَى سَالِمٌ أَبُو
النَّضْرِ وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ نَحْوَ
رِوَايَةِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan
kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dari Sufyan dari Manshur dari Salim
bin Abu Al Ja'd dari Abu Salamah dari Ummu Salamah dia berkata, saya
tidak pernah melihat Nabi Shalallahu 'alaihi wa salam berpuasa dua bulan
berturut-turut kecuali pada bulan Sya'ban dan Ramadlan. Dalam bab ini
(ada juga riwayat -pent) dari 'Aisyah. Abu 'Isa berkata, hadits Ummu
Salamah merupakan hadits hasan. Hadits ini telah diriwayatkan dari Abu
Salamah dari 'Aisyah bahwa dia berkata, saya tidak pernah melihat Nabi
Shallallaahu 'alaihi wasallam lebih banyak berpuasa kecuali pada bulan
Sya'ban, beliau dulu sering berpuasa pada bulan Sya'ban kecuali beberapa
hari saja bahkan beliau sering berpuasa sebulan penuh. Telah
menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami 'Abdah
dari Muhammad bin Amru telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dari
'Aisyah dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam seperti diatas. Dan
diriwayatkan dari Ibnu Mubara bahwasanya dia berkata, menurut kaedah
bahasa arab, hukumnya boleh mengungkapkan puasa sebulan kurang dengan
ungkapan puasa sebulan penuh, sebagaimana dikatakan fulan terjaga
sepanjang malam (beraktifitas terus) padahal dia hanya makan malam dan
melakukan beberapa urusan. Berdasarkan pernyataan tadi, sepertinya Ibnu
Mubarak melihat dua hadits diatas memiliki korelasi arti yang sama, dia
berkata, sesungguhnya makna hadits diatas ialah Nabi Shallallaahu
'alaihi wasallam lebih banyak berpuasa pada bulan Sya'ban. Abu 'Isa
berkata, Salim Abu Nadlr dan yang lainnya telah meriwayatkan hadits ini
dari Abu Salamah dari 'Aisyah seperti riwayatnya Muhammad bin Amru. (HR.
At Tirmidzi No.668)
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ الْعَلَاءِ
بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَقِيَ نِصْفٌ
مِنْ شَعْبَانَ فَلَا تَصُومُوا قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي
هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا
الْوَجْهِ عَلَى هَذَا اللَّفْظِ وَمَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ بَعْضِ
أَهْلِ الْعِلْمِ أَنْ يَكُونَ الرَّجُلُ مُفْطِرًا فَإِذَا بَقِيَ مِنْ
شَعْبَانَ شَيْءٌ أَخَذَ فِي الصَّوْمِ لِحَالِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَقَدْ
رُوِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَا يُشْبِهُ قَوْلَهُمْ حَيْثُ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَا تَقَدَّمُوا شَهْرَ رَمَضَانَ بِصِيَامٍ إِلَّا أَنْ
يُوَافِقَ ذَلِكَ صَوْمًا كَانَ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ وَقَدْ دَلَّ فِي
هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّمَا الْكَرَاهِيَةُ عَلَى مَنْ يَتَعَمَّدُ
الصِّيَامَ لِحَالِ رَمَضَانَ
Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami 'Abdul
'Aziz bin Muhammad dari Al 'Ala' bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu
Hurairah dia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
" Jika telah masuk pada pertengahan bulan Sya'ban, maka janganlah
kalian berpuasa." Abu 'Isa berkata, hadits Abu Hurairah merupakan hadits
hasan shahih, kami tidak mengetahui kecuali melalui jalur ini dengan
lafadz seperti di atas. Arti dari hadits diatas menurut sebagian ulama
ialah jika seseorang tidak terbiasa berpuasa kemudian ketika masuk pada
pertengahan bulan Sya'ban baru ia mulai berpuasa karena (menyambut)
bulan Ramadlan. Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi
Shallallaahu 'alaihi wasallam seperti makna yang diterangkan oleh
mereka, yaitu beliau Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Janganlah
kalian berpuasa beberapa hari menjelang bulan Ramadlan kecuali jika
bertepatan hari puasa yang biasa kalian lakukan." Hadits ini menunjukan
larangan bagi orang yang sengaja berpuasa menjelang datangnya puasa
Ramadlan. (HR. At Tirmidzi No.669
حَدَّثَنَا
عَبْد اللَّهِ قَالَ وَجَدْتُ هَذَا الْحَدِيثَ فِي كِتَابِ أَبِي بِخَطِّ
يَدِهِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَبُو سُفْيَانَ عَنْ
سُفْيَانَ عَنْ ثَوْرِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ
عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَحَرَّى صَوْمَ شَعْبَانَ وَصَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ
Telah
menceritakan kepada kami Abdullah berkata; "Saya menemukan hadits ini
di dalam kitab ayahku yang ditulis dengan tangannya.", telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Humaid Abu Sufyan, dari Sufyan,
dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma'dan, dari Aisyah, bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. sangat menjaga puasa sya'ban,
dan puasa senin dan kamis. (HR.Ahmad No.23369)
حَدَّثَنَا
ابْنُ نُمَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو قَالَ
حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَ قُلْتُ أَيْ أُمَّهْ
كَيْفَ كَانَ صِيَامُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَتْ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى
نَقُولَ لَا يَصُومُ وَلَمْ أَرَهُ يَصُومُ مِنْ شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْ
صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا بَلْ
كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ
Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Numair dia berkata; telah menceritakan
kepada kami Muhammad yaitu Ibnu Umar dia berkata; telah menceritakan
kepada kami Abu Salamah dari Aisyah dia (Abu Salamah) Berkata; wahai ibu
bagaimana puasa Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam? (Aisyah)
Berkata; "Beliau sedemikian sering melakukan puasa sehingga kami
mengatakan bahwa beliau tidak pernah berbuka (tidak berpuasa), namun
beliau juga sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengatakan bahwa
beliau jarang berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat beliau lebih
banyak melakukan puasa di suatu bulan daripada puasa beliau di bulan
sya'ban. Sungguh beliau puasa sya'ban tidak sedikit bahkan beliau
berpuasa sya'bah sebulan penuh." (HR. Ahmad No.24154)
حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي
الْجَعْدِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أُمِّ
سَلَمَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
يَصُومُ شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ
Telah
menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Ayahku
dari Manshur dari Salim bin Abi Al Ja'd dari Abu Salamah bin Abdurrahman
dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah shallahu'alaihi wa sallam berpuasa
Sya'ban dan Ramadlan. (HR. Ahmad No.25308)
حَدَّثَنِي
يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ
اللَّهِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ
زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى
نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَمَا
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ
صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ
أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
telah
menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abu Nadlr mantan budak
'Umar bin 'Ubaidullah, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah
isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa terus menerus hingga kami berkata,
beliau tidak pernah berbuka. Beliau juga pernah berbuka terus menerus
hingga kami berkata, bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Aku tidak
melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melengkapi puasanya satu
bulan penuh kecuali bulan Ramadan. Dan aku tidak melihatnya banyak
berpuasa dalam satu bulan kecuali pada bulan Sya'ban." (HR. Malik No.601
Dari Rasulullah Saw. bersabda :
"Barang
siapa berpuasa tiga hari dari permulaan bulan Sya'ban dan tiga hari
dipertengahan bulan Sya'ban serta tiga hari diakhir bulan Sya'ban, maka
Allah ta'aalaa mencatat baginya seperti pahala tujuh puluh Nabi, dan seperti
orang yang beribadah kepada Allah ta'aalaa selama tujuh puluh tahun dan
apabila dia mati ditahun itu maka dia sebagai orang yang mati syahid".
Dari Rasulullah Saw. bersabda :
"Barang
siapa yang mengagungkan bulan Sya'ban, bertaqwa kepada Allah dan
bertaat kepadaNya serta menahan diri dari perbuatan ma'syiyat/durhaka,
maka Allah ta'aalaa mengampuni semua dosanya dan menyelamatkannya
didalam satu tahun itu dari segala macam bencana dan dari bermacam-macam
penyakit". (Zubdatul Waa'izdiina)
Diceritakan
dari Muhammad bin Abdullah Az-Zaahidiy bahwa dia berkata : "Kawan saya
Abu Hafshin Al-Kabir telah meninggal dunia, maka saya juga menyalati
jenazahnya. dan saya tidak mengunjungi kuburnya selama delapan bulan.
Kemudian saya bermaksud akan menengok kuburnya. Ketika saya tidur
dimalam hari saya bermimpi melihatnya dia sudah berobah mukanya menjadi
pucat, maka saya bersalam kepadanya dan dia tidak membalasnya. Kemudian
saya berkata/bertanya kepadanya : "Subhaanallaahi / Maha Suci Allah,
mengapa engkau tidak membalas salam saya?". Dia menjawab : "Membalas
salam adalah ibadah, sedang kami sekalian telah terputus dari ibadah".
Kata saya : "Mengapa saya melihat wajahmu berubah, padahal sungguh
engkau dahulu berwajah bagus?". Dia menjawab : "Ketika saya dibaringkan
didalam kubur, telah datang satu Malaikat dan duduk disebelah kepala
saya seraya berkata : "Hai situa yang jahat, dan dia menghitung semua
dosa saya dan semua perbuatan saya yang jahat bahkan diapun memukul saya
dengan sebatang kayu sehingga badan saya terbakar". Kuburpun berkata
kepada saya : "Apakah engkau tidak malu kepada Tuhanku?". Kemudian
kuburpun menghimpit saya dengan himpitan yang kuat sekali sehingga
tulang-tulang rusukku menjadi bertebaran dan sendi-sendi tulangkupun
menjadi terpisah-pisah sedang saya dalam siksa sampai malam pertama
bulan Sya'ban". Waktu itu ada suara mengundang dari atas saya : "Hai
Malaikat, angkatlah batang kayumu dan siksamu dari padanya, karena
sesungguhnya dia pernah menghidupkan/mengagungkan satu malam dari bulan
Sya'ban selama hidupnya dan pernah berpuasa pula satu hari dibulan
Sya'ban". Maka Allah ta'aalaa menghapuskan siksa dari padaku dengan
sebab aku memuliakan malam hari di bulan Sya'ban dengan shalat dan
berpuasa satu hari dibulan Sya'ban; kemudian Dia Allah ta'aalaa member
kegembiraan kepada saya dengan sorga dan kasih sayangNya".
Dari
Rasulullah Saw. bersabda : "Barang siapa yang menghidupkan malam dua
hari raya (Idul Fitri dan Idul Adh-ha) dan setengah dari bulan Sya'ban,
maka hatinya tidak akan mati disaat semua hati sama mati". (Zahratur
Riyaadhi)
Dari 'Aisyah ra., ia berkata :
"Tidak
pernah Rasulullah Saw. berpuasa dari suatu bulan yang lebih banyak
daripada bulan Sya'ban. Sungguh beliau berpuasa penuh pada bulan
Sya'ban". Dan didalam riwayat yang lain dikatakan : "Beliau berpuasa
pada bulan Sya'ban, kecuali sedikit (beberapa hari saja beliau tidak
berpuasa)". (HR.Bukhari dan Muslim)
Rasulullah
Saw. ditanya tentang : "Wahai Rasulullah, kami belum pernah melihat
engkau berpuasa pada bulan-bulan lain, seperti engkau berpuasa pada
bulan Sya'ban". Rasul Saw. bersabda : "Itulah bulan yang dilupakan oleh
manusia, antara Rajab dan Ramadhan. Yaitu bulan dimana amal-amal manusia
dilaporkan kepada penguasa alam semesta. Maka aku lebih suka bila
amalku dilaporkan sementara aku sedang berpuasa". (HR.Ahmad)
Diriwayatkan
dari 'Atha-i bin Yasari Ra. bahwa dia berkata : "Tidak ada satu malam
sesudah malam Qadar (Lailatul Qadar) yang lebih utama kecuali dari malam
setengah bulan Sya'ban".
Niat Puasa Sya’ban :
نويت صوم شهر شعبان سنة لله تعالى
NAWAITU SHAUMA SYAHRI SYA’BAN SUNNATAN LILLAHI TA'ALA.
Artinya : “ Saya niat puasa bulan sya’ban, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Dan masih banyak lagi dalil-dalil tentang keutamaan bulan Sya’ban dan Nisfu (pertengahan) Sya’ban.
Wahai
Saudara-saudariku jadikanlah dibulan Sya'ban ini kita banyak-banyak
berpuasa dan beramal shaleh menghidupkan sunnah Nabi Saww. serta
memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, agar kita diridhai oleh
Allah Swt. dan mendapat syafa'at dari Rasulallah Saw., serta tidak
menjadi orang yang merugi diakhirat nanti karena mengetahui keutamaan
bulan Sya'ban dan pahala/ganjaran dari shalawat kepada Nabi Saw. karena
"siapa yang cinta pada sesuatu hal maka ia akan sering
menyebut-nyebutnya".
Wallaahu A'lam Bishawab..
Artikel oleh: Mibinibinu Bheen Yahya
KEUTAMAAN BULAN SYA'BAN (Hal. 2)
Written By Unknown on Saturday, June 22, 2013 | 11:37 AM
Label:
Amalan,
Nisfu Syaaban
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !